Tetaplah semangat mujahid dakwah, sesungguhnya kekuatanmu ada pada barisan yang tersusun kokoh, amunisimu ada pada ruhiah yang bercahaya, strategimu ada pada keyakinan dan keikhlasan yang luar biasa padaNya. Ya Allah saksikanlah bahwa diri ini, saudara-saudaraku dan kami semua yang ada di jalan dakwah ini hanya mengharap keridhaan dariMu agar dapat melangkah ke surga, karena kami taat dan cinta padaMu
Tetaplah di sini saudaraku, di jalan tarbiyah keimanan, di jalan Islam. Tetaplah bersama-sama meniti jalan ini sampai usai. Kita semua mungkin letih, karena perjalanan ini amat panjang dan sangat berliku. Yakinlah kenikmatan yang kita rasakan di jalan ini jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan yang dilakukan oleh orang-orang yang lalai. Keindahan yang kita alami di sini, sangat lebih indah daripada keindahan yang sering dibanggakan oleh mereka yang jauh dari jalan ini, Jangan berharap atau tertipu dengan fatamorgana kenikmatan, keindahan, kebahagiaan semu yang sering kita lihat dari orang-orang yang jauh dari tuntunan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Tetaplah di sini
Oleh : Arif Atul M Dullah / sumber ; buletin Al Firdaus dengan beberapa penyesuaian
“Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya.
Merasakan Kerjanya saat ia memindahkan pasir di tengah gurun.
Atau merangsang amuk gelombang ditengah laut lepas.
Atau meluluhlantahkan bangunan-bangunan angkuh
Di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta.
Ia ditakdirkan kata tanpa benda.
Tak terlihat hanya terasa.
Tapi dahsyat”
( Anis Matta)
Ketika Aktivis Jatuh Cinta
Begitulah kira-kira kita menggambarkan defenisi sebuah kata ”Cinta”. Kata yang memiliki makna dalam hidup manusia. Cinta adalah anugerah Allah yang besar. Fenomena jatuh cinta adalah hal yang sangat umum di masyarakat kita, khususnya kaum muda. Mungkin kita adalah salah satu pelakunya. Hal yang mungkin muncul dalam benak kita ketika berbicara tentang aktivis dakwah adalah apa iya, para aktivis dakwah itu juga mengalami yang namanya jatuh cinta?? Atau jangan-jangan mereka lebih parah dari yang lain, orang-orang yang ada diluar aktivis dakwah??
Jatuh cinta merupakan sunatullah. Siapun ia, bisa mengalami kondisi ini. Tak terkecuali orang-orang yang kita kenal dengan nama ”Aktivis Dakwah”. Fenomena ini mungkin juga umum dikalangan aktivis dakwah. Jiwa muda yang penuh dengan gejolak dan semangat, tentu saja sangat rentan degan berbolak baliknya perasaan cinta. Memang tidak ada yang salah.
Akan tetapi, sudah seharusnya, cintanya para aktvisi bukanlah cinta buta yang tidak berdasar. Bukan pula cinta yang membabi buta seperti kehilangan akal sehat. Tetapi, cinta para aktivis seperti ruh orang-orang yang mabuk cinta dijalan Allah. Ketika aktivis jatuh cinta, jiwa dan raganya harus menjadi pengikut setia syariat. Tidak ada tempat bagi unsur-unsur yang merusak. Semuanya harus melebur ke dalam ketaatan dan keingin beramal soleh.
Seorang aktivis tatkala jatuh cinta bukanlah peniupu yang diliputi ketamakan dan kebusukan untuk mengambil kenikmatan tanpa mengikuti aturan syariat. Sebab setiap urusan para pejuang dakwa harus berbuah kebaikan. Termasuk soal cinta. Saat aktivis jatuh cinta, pada hakekatnya ia sedang jatuh cinta pada keindahan ilahiyah. Ia harus beranjak dari egoisme pembangunan unsur diri kepada manfaat bagi umat.
Jangan ada noda di antara aktivis dakwah
Jatuh cinta sebenarnya perasaan. Tempatnya sangat tersembunyi di dalam sanubari. Tatkala ia ada, seluruh anggota tubuh akan memberikan respon terhadapnya. Hingga ilmu terkadang bisa dinomor duakan. Pengetahuan akan batasan bergaul dengan lawan jenis atau bagaimana seharusnya seorang aktivis senantiasa membersihkan jiwanya terkadang tidak mampu melawa rasa cinta itu.
Jatuh cinta bagi para aktivis dakwah bukanlah perkara sederhana. Dalam konteks keimanan, jatuh cinta adalah bukti ketundukan kepada sunnah Rasulullah dan jalam meraih ridho Allah SWT serta kesiapan untuk terjun dalam medan dakwah yang lebih besar. Bukan justru membuat para aktivis berguguran di jalan dakwah. Atau membuat mereka futur.
Betapa Allah sangat memuliakan para penyeru dakwah. Olehnya tidak selayaknya mereka mengotori dakwah ini dengan setitik nila. Menghianati perjuangan ini dengan hawa nafsu sesaat. Dan tentu saja menggoreskan warna hitam dalam lembaran putih dien ini. Hingga nanti terbentuk mozaik hati yang indah, yang mampu memantulkan cahaya matahari dengan sempurna.
Berdakwah kepada lawan jenis
Ini juga merupakan fenomena yang kadang kita temukan, bahkan mungkin keluar dari lisan sang aktivis dakwah.
Universalitas dakwah islam lebih jauh lagi merupakan salah satu segi yang membedakan ajaran Rasulullah SAW, dengan ajaran nabi dan rasul sebelumnya. Termasuk dalam konteks berdakwah, tidak mengenal perbedaan antara jenis kelamin.
Allah berfirman :
”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma`ruf dan mencegah yang mungkar...” (Q.S At Taubah – 71)
Mengomentari ayat ini Ibn An Nahhas dalam kitabnya Tanhibul Ghafilin, menegaskan bahwa penyebutan orang-orang beriman perempuan secara eksplisit dalam ayat ini mengindikasikan wajibnya hukum berdakwah bagi wanita, sebagaiman pria.
Namun dalam tataran teknis dan operasional, berdakwah pada lain jenis perlu untuk memperhatikan rambu-rambu syariatl. Sebab sudah merupakan fitrah bagi keduanya untuk saling tertarik pada lawan jenisnya. Ditambah lagi faktor hawa nafsu dan godaan syaitan yang sangat mungkin mempengaruhi nilai dakwah. Niat awal yang suci luhur bisa berubah keruh dan kotor. Dakwah yang semestinya membawa rahmat dapat berubah menjadi ajang perilaku kemunafikan.
Mengapa Rasa itu Hadir ???
Jatuh cinta adalah jalan yang dapat menggoyahkan pendirian. Ia ibarat lautan yang penuh dengan riak gelombang. Siapa saja yang mengarungi samudera cinta pasti akan dipermainkan oleh riak gelombang.
Ada beberapa alasan, yang menjadi penyebab munculnya perasaan ini dikalangan aktivis dakwah :
Mengumbar pandangan mata. Ibnul Qayyim Al Jauziah mengatakan bahwa mata adalah pintu terdekat yang dapat menjerumuskan seseorang pada kemaksiatan. Maka pandangan mata diharamkan kecuali dalam koridor syariat.
Lemahnya keimanan dan minimnya pengetahuan yang menjadikan kita menganggap biasa hal yang sebenarnya maksiat.
Ada banyak sarana yang menyebabkan kisah cinta itu tumbuh. Mulai dari seringnya mengadakan musyawarah hingga timbul kekaguman, simpati dan apresiasi terhadap ikhwan maupun akhwat. Atau sekedar saling mengingatkan program kerja melalui SMS. Bisa juga melalui dunia cyber atau chatting. Di sela-sela itulah seruan syaitan kemudian muncul dengan rayuan mautnya, sehinggat terseliplah pesan-pesan pribadi diantara keduanya.
Berdakwah merupakan sebaik-baiknya pekerjaan. Dakwah adalah tugas nabi dan rasul. Akan tetapi jika pekerjaan mulia itu telah ternodai oelh para pengembannya, tentu menjadi sesuatu yang ironi. Bukan saja akan mencoreng pelakunya, tetapi juga agama yang sempurna ini. Ada kasus – kalau kita tidak menyebutnya banyak- kisah kasih sesama aktivis itu dimuali dari ”strategi mengembangkan dakwah” tidak ada tendensi saat awal melakukan ekspansi dakwah. Tapi seiring dengan interaksi yang semaki intens, keberadaan penyakit ini menjadi hal yang sulit dihindari
Individu adalah komponen terkecil penyusun masyarakat yang memegang peranan penting dalam menentukan perjalanan dan bentuk masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, yang menjadi tonggak dalam gerakan kita adalah individu, kemudian keluarga, dan akhirnya masyarakat. Maka perbaikilah dirimu terlebih dahulu, kemudian serulah orang lain ke jalan kebaikan. Karena terwujudnya pribadi-pribadi yang benar-benar mukmin akan membuka banyak peluang untuk sukses. Inilah karakteristik Islam yang paling menonjol, yaitu pembentukan pribadi islami (takwin asy-syakhshiyab al-islamiyyah).
Walau jumlah orang yang memusuhi Islam sangat banyak, namun jika kita dapat mengajak satu orang dari mereka dalam setiap hari agar mau bergabung dalam dakwah islamiah, maka perlahan tapi pasti kita telah membebaskan mereka dari kehinaan jahiliah menuju kemuliaan di bawah naungan cahaya Islam. Bukankah ini adalah tujuan dakwah? Bukankah mencari pengikut dengan cara seperti ini adalah tindakan yang bijaksana dan akan membuahkan hasil yang jelas?
Tugas kita adalah meluruskan pendapat umum yang salah terhadap Islam. Jika individu bisa menjadi baik, maka masyarakat pun akan menjadi baik, dan dengan sendirinya Islam akan berdiri tegak. Dalam jamaah dakwah islamiah sendiri, hendaknya setiap kita yang berada dalam jamaah dakwah ini berkomitmen dan berusaha untuk mengajak orang lain untuk ikut serta dalam jamaah dakwah ini.
Seharusnya tidak seorang pun dalam jamaah dakwah ini menunda-nunda waktu, karena perputaran waktu adalah bagian dari pemulihan dan pembentukan (at waqtu juz'un minal 'ilaj wat takwin). Sehari dalam kehidupan individu adalah setahun dalam kehidupan umat. Umat yang mengerti betul akan hakikat kehidupan, mereka tidak akan pernah mati. Ini semua akan bergantung pada para da'i dalam memandang kesucian dan urgensi risalah dakwah serta bergantung pada pengorbanan para da'i, baik harta, tenaga, maupun waktu.
Yang perlu diperhatikan oleh para da'i pada masa pembentukan (fase takwiniyab) adalah memberikan uswah hasanah (teladan), bertujuan menampilkan di hadapan masyarakat gambaran nyata tentang Islam. Ini harus dilakukan dengan kemantapaniman, pemahaman yang universal, dan bertoleransi dalam masalah-rnasalah khilaf dan furu. Metode dakwah haruslah secara tadarruj (bertahap), sebagaimana firman Allah swt.,
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat." (Asy-Syu'ara: 214)
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. " (Al-Hijr: 94)
"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, kerana sesungguhnya mereka telab dianiaya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuasa menolong mereka itu." (Al-Hajj: 39)
Official Blog Of Kerohanian Islam BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (ROHIS BEM FKM Unhas). Jangan tanya siapa kami, karena Kami adalah putera puteri dakwah, kami dan dakwah adalah kesatuan tak terpisah. Kami adalah dakwah dan dakwah adalah Kami.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung. (QS Ali Imran :104)